Sebuah fenomena yang tidak asing lagi ketika kita mendengar seseorang berkata "Colokan mana colokan???".
Di era informasi ini hampir semua orang menggunakan smartphone atau jenis gadget lainnya yang mendukung kegiatan komunikasinya, yang memungkinkan berhubungan dengan lawan biacara maupun data di belahan dunia manapun di muka bumi secara real time.
Mengingat kerja perangkat berbasis jaringan internet itu cukup keras karena selalu mengakses internet, maka konsumsi baterai yang digunakanpun relatif cukup boros. Sehingga membuat para pemakainya seperti kebakaran jenggot ketika baterainya melemah.
Tentunya sikap dan responsibilitas masyarakat pengguna gadget tersebut sangatlah tinggi, mengingat tuntutan kehidupan sosial mereka juga tinggi.
Banyak selebriti facebook, instagram, twitter dan lain sebagainya yang tidak ingin sedikitpun eksistensinya redup apalagi menghilang.
Dukungan amunisi dan perbekalan "alat ganteng dan cantik" hampir tidak lepas dari radius mereka berada seperti lensa tambahan, filter hingga tongsis. Belum lagi aplikasi yang bisa "mendempul" wajah bolong-bolong bekas jerawat, pemutih wajah instan dan lain sebagainya.
Demi eksistensi yang kadang berlebihan, mereka bisa menjadi panik manakala baterai gadget mereka drop.
Sebenarnya tidak ada yang perlu dipermasalahkan karena itu adalah hak pribadi masing-masing yang harus kita hargai dan kita tolerir. Namun banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa ada hal penting yang harus selalu kita segarkan dalam benak kita, yaitu rasa kebangsaan atau Nasionalisme.
Sebagian besar dari kita lebih panik ketika baterai gadgetnya habis, dibanding baterai Nasionalismenya yang semakin Low Batt. Ketika Nasionalisme melemah, seharusnya kita sibuk mencari colokan yang akan menyuplai wawasan kebangsaan kita untuk selanjutnya dialirkan ke simpul-simpul rasa yang akan menjadi sebuah energi besar yang akan menjadi potensi kekuatan bangsa dan negara ini.
Kita juga tidak sadar bahwa kita saat ini sedang berada dalam situasi Perang Asimetris atau Assimetric Warfare, dimana semua lini dalam kehidupan sosial kita memasuki tingkat kerentanan yang sangat tinggi. Mau tidak mau, suka tidak suka, salah satu jalan dalam melemahkan mental bangsa ini adalah melalui medsos atau bentuk media lain berbasis jaringan internet yang bersifat global.
Disinilah kita harus bersikap waspada serta antisipatif, karena media-media kontemporer ini sangat mudah disusupi virus-virus laten seperti pokok-pokok pikiran yang berseberangan dengan falsafah bangsa kita Pancasila, sebagai upaya aktor negara maupun non negara yang ingin melemahkan mental bangsa ini dengan dalih mental healing atau perbaikan ahlak bangsa yang bisa jadi sebenarnya upaya untuk membelokkan pandangan dan wawasan kebangsaan yang hanya mempunyai satu dasar yaitu Pancasila.
Jika kita bisa bersibuk-sibuk diri mencari colokan untuk mengisi baterai gadget kita, mengapa kita tidak bisa mengorbankan sedikit waktu kita untuk mencari colokan yang menjadi sumber energi baterai kebangsaan dan rasa cinta kita kepada dasar negara Pancasila.
Kita belum bisa dibilang ganteng atau cantik kalau belum jadi sosok yang INDONESIA BANGET, ganteng dan cantik yang ngIndonesia, yang cinta bangsanya sendiri, cinta negaranya sendiri, dan kalaupun kita selfie dengan gadget yang kita miliki, kita akan melihat sosok yang ganteng atau cantik, yang akan berbicara sebagai seleb medsos dengan kata-kata "Hey.. aku Indonesia, Indonesia banget, dan aku bangga dengan bangsa dan negaraku, dan aku selalu SIAP BELA NEGARA!".
Rully Rahadian
Pemerhati Intelijen dan Budaya